Ajaran Anti Hoaks dan Ujaran Kebencian

Judul Buku      : Islamku, Islammu, Islam Kita

Penulis             : Edi AH Iyubenu

Penerbit           : Diva Press

Cetakan           : 1. 2018

Tebal               : 196 Halaman

ISBN               : 978-602-391-667-2

Peresensi       : Ainur Khalis

Islam sejatinya hadir sebagai penebar kedamaian, tak hanya bagi pemeluknya namun juga bagi semua golongan yang ada di sekitarnya. Misi ini sudah sering kita dengar bahwa islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam. sehingga bisa dipastikan bahwa tak ada pesan kekerasan dalam islam itu sendiri.

Gambaran wajah islam yang adem dan penuh perdamian bisa kita temukan dalam buku berjudul Islamku, Islammu, Islam Kita karangan Edi AH Iyubenu ini, buku kumpulan esai-esai ringan ini memaparkan seputar fakta keislaman sebagai agama yang penuh dengan nilai-nilai cinta dan kasih sayang, baik antar manusia termasuk dengan mahluk lainnya.

Salah satu prinsip islam yang bisa kita cermati dalam konteks kekinian adalah prinsip anti hoaks (fitnah) dan ujaran kebencian, sebagai orang yang mengetahui ajaran agama kita tentu sudah sangat memahami bahwa fitnah daa ujaran kebencian sangatlah dilarang oleh islam, karena  hal itu bisa berdampak buruk terhadap orang banyak. Kasus penyebaran hoaks (fotnah) yang sudah bertaburan saat ini jelas merupakan tindakan onom tertentu yang tidak mampu memahami islam secara utuh, termasuk mereka yang menyampaikan ujaran kebencian atas nama agama.

Dalam buku ini penulis menegaskan bahwa islam adalah keselamatan dan kedamaian, sehingga tak ada alasan apun yang membenarkan ketika islam dijadikan aat untuk menebar hoaks dan kebencian, justeru hal itu sangat bertolak belakang dengan ajaran islam itu sendiri. Penulis juga memberikan ilustrasi ahwa seluruh sumber-sumber ajaran agama islam tak ada satu pun yang memberikan pelajaran tentang fitnah dan kebencian.

Semua yang diajarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits, pula teladan Rasulullah Saw hingga khazanah kitab para ulama terdahulu, berislam adalah sepenuhnya komitmen untuk menebaran keselamatan dan kedamaian, tanpa batas. (Hal. 45).

Fenomina lain yang saat ini mulai menggorogoti wajah islam kita adalah penafsiran sekelompok orang atas makan perjuangan atau jihad mengatasnamakan agama yang cenderung berlebihan, mereka tak jarang bergerak membawa nama Tuhan namun tak paham apa esensi dari pergerakan mereka, yang paling mengerikan adalah ketika pemaknaan jihad yang mereka lakukan mulai menggunakan isntrumin kekerasan dan jelas bal itu merugian banyak orang, mereka menafikan peran agama sebagai rahmat bagi seluruh alam ketika mengatakan meperjuangkan agama namun disaat yang bersamaan mengeyampingkan pesan agama yaitu perdamaian.

Mestinya, ikrar pekik “Allah Yang Maha Besar” dalam segala penggunaannya, tepat di detik yang sama, benar-benar menegasi wujud kita dengan serendah-rendahnya. Tanpa sisa, karena yang tersisa dalam keagungan, keperkasaan, kehebatan, dan kekuatan hanyalah Allah Swt. (Hal. 69).

Buku terbita Diva Press ini sangat menarik untuk dijadikan bahan renungan bagi kita kaum beragama, agar ke depan kita lebih paham bagaiaman cara berislam yang baik dan benar. Sehingga tak ada lagi konsep beragama secara simbolik, namun berubah secara esensial. Islam adalah agama pembawa rahmat, maka kaum Beragama sudah seharusnya menebar rahmat sebagai pesan utama dari agama itu sendiri. Selamat membaca. (*)


AINUR KHALIS: Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan, saat ini sebagai mahasiswa aktif di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta.