PAMEKASAN, Lebur.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, Madura, Jawa Timur, menggelar High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di pringgitan dalam Mandhapa Aghung Ronggusukowati, Senin (17/2/2025).
Rapat yang membahas tentang kondisi terkini perekonomian daerah tersebut dipimpin langsung oleh Penjabat (Pj) Bupati Pamekasan, Masrukin, bersama Ketua DPRD Pamekasan, Ali Masykur, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Pamekasan, Achmad Faisol, kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan beberapa pejabat lainnya.
Selain itu, rapat tersebut juga membahas tentang stabilitas harga dan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat Pamekasan menjelang bulan Ramadan 1446 H.
Pj Bupati Pamekasan, Masrukin menyebut bahwa High Level Meeting merupakan bagian dari instruksi Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI. Dalam pengendalian inflasi daerah, terdapat tiga OPD utama sebagai pengampu, yakni Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), serta dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP).
Menurut Masrukin, tiga OPD di atas merupakan penanggung jawab utama dalam memastikan ketersediaan aneka kebutuhan masyarakat di bulan suci Ramadan nanti, utamanya kebutuhan pokok.
“Minggu pertama ini sudah bisa diprediksi apa kebutuhan paling besar, misalnya es batu, kelapa muda, dan lain sebagainya. Pastikan ya, saya minta laporannya awal Ramadan aman misalnya, syukur-syukur sampai lebaran aman,” ujarnya saat memberi arahan.
Dia berharap, para OPD yang tergabung dalam TPID bisa bekerja maksimal dan bersinergi untuk memastikan semua stok kebutuhan masyarakat aman hingga hari raya Idul Fitri.
Sementara, Pj Sekda Pamekasan, Achmad Faisol mengatakan bahwa sejauh ini TPID konsisten memonitor setiap perkembangan yang terjadi di lapangan, dan kemudian dirapatkan satu minggu sekali.
“Alhamdulillah pertumbuhan ekonomi masyarakat pada tahun 2024 mencapai 4,96 persen. Hanya saja, satu bulan yang lalu Pamekasan mengalami inflasi tertinggi nasional pada saat itu yang dipicu oleh harga beras yang cukup tinggi,” ujar Achmad Faisol saat mengawali rapat.
“Ini memang dilematis, satu sisi kita mengendalikan inflasi, tapi satu sisi kita kepengennya tidak terjadi deflasi. Jadi kalau inflasi ini yang menjerit rakyat, kalau deflasi yang menjerit produsennya. Cabe menjadi murah misalnya, ini yang kita pantau terus, sehingga kita menganggap penting High Level Meeting ini,” tukasnya. (lum)
Berikan Balasan