PAMEKASAN, Lebur.id – Media Call Center (MCC) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pamekasan, Jawa Timur, menggelar workshop tangkal hoaks dengan tema ‘Pers Sehat Untuk Pamekasan Bermartabat’ di Ruang Wahana Bina Praja Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Pamekasan, Jumat (30/8/2024).
Demi suksesnya workshop tersebut, MCC PWI Pamekasan mengadirkan sejumlah pemateri hebat di bidangnya masing-masing. Sebut saja, Pj Bupati Pamekasan, Masrukin, Wakapolres Pamekasan, Kompol Andy Purnomo, dan Wakil Ketua DPRD Pamekasan, Moh Hasyim Asy’ari.
Kemudian, CEO PT Oil Erdindo Contraction, HM Rudiyanto, Direktur PT Jawara Internasional Djaya, Marsuto Alfianto, Dosen Universitas Madura, Imadoeddin, lembaga pers mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Pamekasan, serta para jurnalis di Kota Batik Tulis itu.
Dalam penjelasannya, Pj Bupati Pamekasan, Masrukin menganalogikan dampak negatif dari berita hoaks pada kasus kebakaran. Misalnya, suatu ketika ada orang iseng yang menyebarkan informasi bahwa di suatu daerah terjadi kebakaran, kemudian ada seseorang yang menghubungi petugas pemadam.
Namun ketika petugas pemadam tiba di lokasi itu, ternyata yang terbakar hanyalah tumpukan sampah rumah tangga yang sebenarnya bisa dipadamkan tanpa melibatkan petugas. Kejadian itu lantas membuat petugas pemadam lebih berhati-hati ketika menerima informasi serupa.
“Nah, suatu saat ada informasi kebakaran sungguhan yang diterima petugas pemadam. Trauma dari informasi hoaks sebelumnya, petugas masih menelusuri benar tidaknya informasi, sehingga mengakibatkan lambat ketika tiba di lokasi kejadian,” tuturnya sambil tersenyum.
“Karena itu, salah satu cara untuk menangkal hoaks yaitu dengan mengendalikan jempol kita. Jangan mudah menyebarkan berita yang tidak perlu dan tidak jelas sumbernya,” pesannya.
Sementara, Ketua PWI Pamekasan, Hairul Anam menerangkan, fungsi pers sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial, harus saling berkesinambungan. Salah satu penerapan fungsi kontrol yakni terhadap berita hoaks kerap bersumber dari media sosial (medsos).
“Pers yang di dalamnya mencakup media cetak, media online, dan media elektronik hingga kini masih dipercaya sebagai sumber informasi yang nyaris steril dari hoaks. Sebab undang-undang pers dan kode etik jurnalistik menjadi payungnya,” jelasnya.
Menurutnya, produk jurnalistik insan pers juga harus disebarluaskan melalui saluran medsos. Dengan begitu, informasi yang bergulir di medsos juga mengandung unsur jurnalistik yang tetap berpijak pada kode etik jurnalistik.
Meskipun demikian, perjuangan pers melawan hoaks dipastikan kurang maksimal tanpa keterlibatan banyak pihak. Oleh karena itu, pihaknya sengaja mendatangkan narasumber dari berbagai kalangan seperti pemerintah, akademisi, pengusaha, komunitas, dan insan pers, untuk bersama-sama melawan hoaks. (lum)
Berikan Balasan