Oleh: Ahmad Wiyono
MASING-masing orang pasti tidak sama kisah perjalanan hidupnya dalam menentukan pilihan khidmat, kalau dikisahkan pasti setiap orang memiliki kisah menarik dan unik yang menginspiring banyak orang. Dan inilah kisah saya mengapa bisa menjadi bagIan (kecil) dari jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).
Pada momentum satu abad NU ini saya tiba-tiba terinspirasi untuk melakukan refleksi diri terkait kisah “pertemuan” saya dengan NU, yang awalnya saya tidak tahu persis NU itu apa dan perannya sebagai apa.
Perjalanan pertemuan saya dengan NU berawal saat saya masih berusia sekitar 7 tahun (saya kelas Dua MI), waktu itu secara tak sengaja saya diajak kakak sepupu saya almarhum Kak Daki (semoga diampuni dosa-dosanya) menghadiri sebuah acara yang bertempat di Madrasah Al-In’am Banjar Timur Gapura Sumenep.
Sebagaimana lazimnya anak kecil, kehadiran saya ke acara itu sebatas bermain (saya lupa detilnya). Baru setelah sampai di rumah, kakak saya menempel stiker di jendela rumah, saya yang waktu itu sudah lumayan fasih baca tulis lalu membaca isi stiker itu. Masih lekat dalam ingatan saya bunyi stiker itu begini: “The big Family Ikatan Putera Nahdlatul Ulama (IPNU)”.
Belakangan saya jadi paham bahwa Ikatan Putera Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah Badan Otonom (banom) NU yang akhirnya bermetamorfosis menjadi Ikatan Pelajar NU. Itulah perkenalan pertama saya dengan NU, meski waktu itu saya tidak tahu kalau NU itu adalah organisasi.
Beberapa waktu kemudian, di daerah saya ada pengumuman “photoan” (istilah untuk pengambilan photo secara kolektif, sama seperti saat pembuatan KTP. Dulu masih pake Camera film). Ternyata setelah sekian lama hasil dari pemotretan itu adalah Kartu identitas. Saya masih ingat Bapak dan Ibu saya mendapatkan Kartu tersebut dengan model yang masih sederhana (nama diketik menggunakan mesin ketik, kemudian potonya hasil guntingan dan ditemepl). Belakangan saya baru tahu bahwa itu adalah KARTANU.
***
Awal tahun 2000 saya resmi masuk Pondok Pesanten Annuqayah Guluk-guluk Sumenep, saat kali pertama mengikuti sejumlah rutinitas di pondok tersebut saya nyaris belum tahu perihal Jam’iyah Nahdlatul Ulama, mungkin karena saya masih baru dan masih harus fokus pada kegiatan pendidkan dan ubudiyah.
Baru menginjak tahun 2002 -2003 saya kembali dipertemukan dengan NU, waktu itu IPNU Komisariat guluk-guluk mengadakan kegiatan Makesta, dan saya menjadi bagian dari peserta. Makesta itu ditempatkan di Pondok Pesantren Raudlah Najiyah Lengkong Bragung, dan saat itulah saya mulai (sedikit) kenal dengan NU.
Pada rentang tahun 2004 saya memiliki pengalaman berharga yang mungkin ini sebuah kebetulan, di mana saya beberapa kali bergabung dalam kegiatan PMII (waktu itu bukan Banom NU) padahal status saya bukan mahasiswa. Saya diajak beberapa santri senior untuk gabung dalam kegiatan kajian dan lainnya, dan inilah yang mengantarkan saya untuk masuk ke PMII saat sudah jadi mahasiswa. Dan yang mengharukan bagi saya ternyata PMII adalah bagian tak terpisahkan dari NU.
***
Sekitar bulan Agustus 2004 saya pertama kali menginjakkan kaki di bumi Gerbang Salam Pamekasan, saya resmi menjadi mahsiswa Universitas Islam Madura (UIM), perjalanan menjadi mahaiswa di UIM semakin memperkuat perkenalan saya dengan NU melalui kegiatan PMII.
Tahun pertama saya menjadi kader PMII UIM, berikutnya saya menjadi pengurus rayon FKIP, dan lanjut menjadi pengurus Komisariat. Setelah selesai berkhidmat di Komisariat saya direkomendasi untuk menjadi pengurus Cabang, dan uniknya saya malah direkom hingga dua kali untuk kepengurusan Cabang, yaitu masa kepemimpinan Sahabat Ribut Baidi dan berlanjut hingga kepemimpinan Sahabat Sodik (sekitar 2007-2010)).
Saat menjadi pengurus PC PMII Pamekasan, di uar dugaan ada seorang senior yang menawarkan saya untuk bergabung dalam kepengurusan Lakpesdam PCNU Pamekasan, ini terjadi pada pereode kedua kepemimpian KH. Abd. Ghaffar di PCNU. Dan saya pun bergabung menjadi pengurus dengan ketua sahabat AKh. Fawait. Sayang beliau tidak menuntaskan kepemimpinan di Lakpesdam sehingga digantikan oleh sahabat Taufik Khafi hingga Konfercab PCNU.
Lalu, pasca Konfercab (pereode kepemimpinan KH. Taufik Hasyim) sahabat Taufik Khafi kembali diberi amanat menjadi ketua lakpesdam, dan rupanya saya diajak bergabung lagi untuk menjadi bagian dari kepengurusn tersebut hingga pereode berakhir. Dan pada pereode ini saya diamanahi untuk menjadi ketua.
***
Di luar jenjang pengabdian lembaga tersebut, saya juga diajak oleh sahabat Fathorrahman untuk menjadi bagian dari pengurus Ansor, waktu itu saya agak dilema antara iya atau tidak, tapi ada beberapa sahabat yang meyakinkan saya untuk lanjut di jalur pengabdian tersebut.
Pada pereode kepengurusan Ansor berikutnya yang dipimpin oeh sahabat Syafiuddin, saya dihubungi sahabat Miftah dan sahabat Darso untuk bergabung menjadi pengurus, tapi karena pertimbangan efektivitas tugas (khawatir tidak aktif) saya tidak memerima ajakan itu. Namun demikian saya tetap bersedia menjadi instruktur Ansor hingga tuntas masa pereode.
Tentu masih ada beberapa ruang-ruang lain yang saya masuki sebagai media khidmat (di internal PCNU), yang rupanya semua itu membuka mata saya bahwa bekhidmat itu bukan sebuah kebetulan, melainkan sebuah kebutuhan. Karena kita yang butuh pada NU. Ingat kita hanya sebutir debu yang berusaha menempel pada ujung bendera NU, selebihnya kita bukan siapa siapa.
NU sudah berusia 100 tahun, tentu sebuah anugerah luar biasa karena kita masih berkesempatan menjadi bagian dalam momentum yang hanya sekali seumur hidup ini. Oleh karena itu mari terus dan terus berkhidmat sesuai kapasitas kita masing-maisng. Sebutir debu hanya bisa berharap barokah dari para Muassis NU.
KH. Ahmad Shobri seorang tokoh NU Jawa Tengah pernah menyampaikan bahwa setidaknya ada tiga model berkhidmat di Nahdlatu Ulama (NU), yaitu bil nafs (berjuang secara fisik atau tenaga), kedua bil mal (berjuang dengan harta yang dimiliki, dan ketiga bil ilmi (berjuang dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya (NU Online). Wallahu A’lam Bissowab
***
Perjalanan ber NU
Refleksi 100 Tahun NU
NO | TAHUN | KHIDMAT |
1 | 1990-1998 | · Pertemuan dengan (stiker) IPNU
· Pertemuan dengan KARTANU |
2 | 1999-2004 | · Peserta Makesta
· Bertemu dengan PMII |
3 | 2004-2008 | · Kader PMII
· Pengurus Rayon FKIP · Pengurs Komisariat |
4 | 2008-2010 | · Pengurus Cabang PMII masa Ribut baidi
· Pengurus Cabang PMII pereode Sodik |
5 | 2011-2016 | Pengurs Lakpesdam PCNU Pamekasan |
6 | 2016-2021 | · Pengurus Lakpesdam PCNU Pamekasan
· Korbida Pengkaderan · Redaktur NU Online · Pengurs PC. GP. Ansor · Instruktur Ansot |
7 | 2021-skrg | · Ketua Lakpesdam PCNU Pamekasan
· Korbid Pengkaderan · Dewan ahli Media NU · Pengurs Assosiasi Penulis-Peneliti Islam Nusantara · Pengurs Ranting NU Larangan Badung |
100 Tahun Nahdlatul Ulama |
Berikan Balasan