JAKARTA, Lebur.ID- Berita berjudul “Kantong Bocor Dana Umat” yang diterbitkan oleh Majalah Tempo, edisi 4-10 Juli 2022 mendapat banyak tanggapan. Salah satunya dari Direktur Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi. Pria berdarah Madura itu menyebut bahwa, jika berita tentang dugaan korupsi dana umat yang dilakukan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT) sebagaimana diberitakan Majalah Tempo itu benar adanya, maka hal itu termasuk kejahatan dari pemanfaatan nama Tuhan.
“Sejak lama nama agama dan Tuhan jadi alat hipnotis untuk menipu satu sama lain. Baik untuk kepentingan ekonomi maupun politik,” tulis Islah Bahrawi di akun instagram pribadinya, Senin (4/7/2022).
Para pelaku penipuan, lanjut Islah, seringkali memanfaatkan ajaran agama yang menganjurkan “banyak berbagi dalam kesamaan iman” dengan imbalan pahala di akhirat. Inilah “bisnis” perputaran uang bersifat fisik, dengan konsekwensi “rewards and punishment” bersifat metafisik. Situasi ini juga yang membuat kejahatan donasi atas nama agama seringkali berujung ikhlas dari para korbannya. Karenanya, “jualan agama dan tuhan” adalah industri yang akan terus hidup dan paling minim risiko.
“ACT – jika benar seperti yang ditulis Tempo – adalah kejahatan kesekian dari pemanfaatan nama Tuhan dan kemanusiaan untuk kepentingan pribadi. Bukan hanya dalam Islam, di hampir semua agama modus serupa seringkali terjadi,” tambahnya.
Ada gambar air mata yang dijual atas nama kesamaan iman demi menggugah lembar demi lembar uang untuk diceburkan ke dalam “kotak amal”. Atas nama keimanan dan kebahagiaan akhirat, umat tentu saja tidak akan banyak bertanya kemana uangnya mengalir karena mereka yakin Tuhan memiliki “kalkulatornya” sendiri,” tegasnya.
Tapi ternyata, tegas penulis buku “Intoleransi dan Radikalisme: Kuda Troya Politik dan Agama” ini, ACT juga punya kalkulator sendiri. Gaji ratusan juta dan fasilitas mewah konon digelontorkan untuk para pemimpinnya. Air mata di sana, dipamerkan di setiap jalan untuk kemewahan di sini. Semuanya dipersatukan dalam baliho tragis nan dramatik dengan bumbu Palestina, Syuriah dan bencana alam lainnya. Intimidasi “neraka” bagi yang tidak mau berbagi, ternyata menjadi “surga” bagi pimpinan ACT.
Menurut Cak Islah, bukan hanya ACT, banyak pendakwah menakut-nakuti umat dengan dosa dan neraka, sembari mengais pundi untuk membeli Supercar dan Harley. Benar kata ekonom Edward Trunfio, “Agama adalah mesin uang yang paling menggiurkan; kerugiannya dicatat oleh malaikat, labanya tercatat di buku tabungan”.
“Saya mungkin termasuk orang yang sulit percaya dengan “jubah-jubah” agama. Karena menurut saya, manusia tetaplah manusia dengan segala ketidaksempurnaan dan ambisinya. Bersyukurlah kita yang dituduh “kafir atau liberal”, berarti kita tidak punya potongan untuk menipu umat dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan,” tukasnya.
Hingga berita ini tulis, postingan Islah Bahrawi itu mendapat banyak tanggapan. Ada 7.743 yang menyukai dan 631 tanggapan.
Sementara itu, dilansir dari detikcom, Head of Public Relation ACT, Clara memberikan penjelasan bahwa saat ini management ACT sedang membahas dan mempersiapkan penanganan terbaik terkait pemberitaan media (Tempo).
Pihaknya juga meminta doa agar ACT dapat senantiasa mengelola amanah secara profesional, di tengah banyaknya ujian yang sedang dihadapi lembaga di tahun-tahun politik saat ini.
“Sampai saat ini bersama teman-teman, kami bisa menunaikan amanah yang menjangkau 34 provinsi, dan 47 negara dengan lebih dari 59 juta penerima manfaat,” kata Clara, Senin(4/7/2022). (isa)
Berikan Balasan