Lantik Dewan Kesenian Pamekasan, Mas Tamam Akui Ingin Segera Miliki Rumah Kebudayaan

PAMEKASAN, lebur.id- Dewan Kesenian Pamekasan (DKP) periode 2022-2025 resmi dikukuhkan, di Mandhapa Aghung Ronggosukowati, Senin (28/3/2022) malam. Pengukuhan tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Pamekasan Baddrut Tamam.

Banyak harapan yang disampaikan Mas Tamam, sapaan akrab Baddrut Tamam terhadap DKP yang baru dikukuhkan. Salah satunya terkait mimpinya untuk segera memiliki rumah kebudayaan di kabupaten yang dipimpinnya. Rumah kebydayaan ini nantinya diharapkan menjadi tempat para seniman, budayawan, sastrawan dan lainnya untuk berkreasi dan mengeksplorasi bakatnya.

“Saya membayangkan punya rumah kebudayaan, bahkan diskusi ini sebelum saya jadi bupati. Saya bilang ke kepala dinas untuk melakukan feasibility studies, saya ingin punya rumah kebudayaan. Saya ingin punya tempat seluruh seniman hidup di situ, dan atas nama kebudayaan dan kesenian kita boleh melakukan kegiatan di tempat itu,” ungkapnya.

Dikatakan, pihaknya menginginkan rumah kebudayaan Pamekasan itu bisa terealisasi pada awal tahun 2023 mendatang dengan memanfaatkan beberapa pilihan tempat yang telah ada. Misalnya di taman Asri Kowel, Taman Gladak Anyar, dan yang lainnya.

“Malam ini saya sampaikan, boleh di Taman Asri Kowel, Nyalaran, Gladak Anyar atau tempat lainnya. Saya akan menggalakkan segala upaya dan usaha 2023 awal sudah launching rumah kebudayaan milik kita,” tandasnya.

Bupati yang akrab disapa Mas Tamam ini mengajak organisasi perangkat daerah (OPD) untuk bergotong royong merealisasikan keinginan tersebut untuk menfasilitasi para seniman yang ada. Beberapa instansi sejatinya bisa bekerja sama mewujudkan hal tersebut.

“Syukur alhamdulillah kalau di tahun 2022 ini kita gotong royong, Disporapar nyumbang apa, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan nyumbang apa, Dinas PUPR nyumbang pavingnya, Dinas Perhubungan nyumbang lampunya, syukur kalau kita bisa realisasikan, sudah ada peresmian rumah kebudayaan Kabupaten Pamekasan,” tandasnya.

Bupati meminta DKP segera menggelar focus group discussion (FGD) agar keinginan itu terwujud sesuai harapan, dengan langkah kongkrit melakukan melakukan fasibilities studies yang tidak administratif.

“Tetapi yang out off the box, yang anti meanstream. Karena, kesenian ini urusan rasa, kesenian ini urusan hati, pikiran, yang melahirkan cipta itu karena suasana hati yang berangkat dari nilai-nilai yang kita miliki. Tidak mungkin kesenian lahir dari ruang yang kosong,” pungkasnya. (lum)