PJTD LPM Semesta Unira; Meneguhkan Nalar Kritis Pers Kampus

SEMANGAT: Pimpinan Umum LPM Semesta Unira Yeyen Dwi Septiani menyampaikan sambutan pada acara PJTD di Blue Star Cafe Pamekasan, Minggu (22/11/2020)

PAMEKASAN, Lebur.Id– Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Semesta Universitas Madura (Unira) menggelar Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD) Minggu (22/11/2020). Acara yang berlangsung di Blue Star Café Pamekasan itu diikuti puluhan mahasiswa. Hadir sebagai pemateri Imam S. Arizal (founder Lebur TV/Lebur.id), Muhammad Khairul Umam dan Akbar Imam (Redaktur dan Desain Grafis Kabar Madura).

Pimpinan Umum LPM Semesta Unira Yeyen Dwi Septiani menjelaskan bahwa tujuan dilaksanakannya PJTD yakni untuk menguatkan semangat aktivis pers kampus, khususnya LPM Semesta Unira. Melalui kegiatan ini diharapkan agar mahasiswa punya pemahaman tentang jurnalistik dan bisa mengaktualisasikannya dalam dunia nyata, khususnya di LPM yang dikelolanya.

“Kami berharap dari forum ini nanti lahir jurnalis-jurnalis handal yang siap terjun ke lapangan,” kata Yeyen.

Sementara itu, Imam S. Arizal menjelaskan bahwa sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, fungsi utama pers ada dua. Pertama, sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Kedua, sebagai perusahaan bisnis.

Untuk pers kampus menurutnya lebih menekankan kepada fungsi yang pertama. Sebab LPM tidak bekerja untuk kepentingan profit. Melainkan lebih kepada media informasi, kontrol sosial, edukasi, sekaligus pembelajaran untuk melahirkan jurnalis-jurnalis professional dan independent.

Pers kampus, lanjut mantan redaktur LPM HumaniusH UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu, memiliki kelebihan pada sisi idealisme dan independensi. Pers kampus bisa menjadi bacaan alternative di saat pers-pers konvensional sudah terjebak pada dua kutub kepentingan. Yakni, kepentingan ekonomi (economic interest) dan kepentingan kekuasaan (power interest).

“Yasraf Amir Piliang itu mengatakan bahwa pasca reformasi, media massa cenderung dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi dan kepentingan kekuasaan. Akibatnya, kepentingan publik sering dinomor duakan,” paparnya.

“Di tengah situasi semacam itu, pers kampus diharapkan menjadi pers alternative yang tidak terjebak pada kepentingan ekonomi dan kekuasaan,” tambahnya.

Imam berharap LPM Semesta Unira bisa menjadi media yang tidak kehilangan nalar kritisnya. Diharapkan LPM ini bisa terlibat dalam pemberitaan-pemberitaan besar, tidak hanya dalam lingkup kampus, tetapi di ruang yang lebih luas. Menurutnya tidak layak manakala pers kampus hanya menjadi fungsi kehumasan yang tugasnya cuma meliput kegiatan-kegiatan kampus.

“Dulu, di zaman orde baru, ada banyak pers kampus yang dibredel karena kritis. Mereka berani melakukan fungsi kontrolnya, baik kontrol terhadap kebijakan kampus atau kebijakan pemerintah. Kita rindu pers-pers kampus yang mempertahankan nalar kritis seperti itu,” tegasnya.

Pers kampus juga diminta tidak takut dengan intervensi rektorat. Sebab meskipun LPM didanai oleh kampus, tetapi sumber keuangan tersebut sejatinya dari mahasiswa.

“Anggaran LPM itu dari mahasiswa juga, yakni dari SPP yang dibayarkan ke kampus. Jadi tidak ada alasan untuk tidak berani bersikap kritis,” pungkasnya. (zai/isa)