Puisi-Puisi Rilen Dicki Agustin: Mata Cinta

Mata Cinta

Pagi

aku melihat mata cinta menjerit di atas langit

pun tersenyum malu

di atas gedung pencakar langit.

 

Siangnya

mata cinta kulihat berangsur padam

isurut kembali ke rahim alam.

 

Saat mata cinta hilang

lahir mata-mata yang lain

seperti mata senja berwarna jingga,

kemudian beranjak ke malam

tumbuh mata bulan. Namunwalau mata cinta

berangsur padam,

ia tetap abadi di jantung si puan.

 

Mata cinta itu di lapisan dada terdalam

yang akan kuhibur

dengan dendang seikat bunga mawar

demi memenuhi kebutuhan nan romantis

dari patikan syair-syair kesunyian malam.

(Padang, 2020)

 

Cinta Sederhana

 Menatapmu puan sama seperti aku menikmati sepiring nasi

yang kusantap dengan tangan

sebab aku lebih tulus mencintaimu secara sederhana

sebagaimana nasi yang tak sempat kusendoki ke dalam perut.

Sederhananya, aku memilih makan dengan tangan

karena aku mencintaimu penuh kesederhanaan dan tantangan.

 

Kesederhaan itu aku yang tak mampu mencintaimu

dengan mewah

bagai sendok yang tak berucap kepada nasi

yang menjadikan tantangan dalam kelangsungan hidup cinta kita.

(Padang, 2020)

 

Menjahit Mata Bocor

Jahitlah kembali air matamu

yang sempat bocor dan membanjiri daratan itu puan

sebab air matamu itu

bukan untuk mengadili

melainkan mengasihi.

(Padang, 2020)

 

 Hati yang Patah

Jika hati engkau patah di tengah jalan

itu bukan musibah

melainkan sebuah ujian

yang menyayangimu

dengan sebilah cinta dalam doa.

Doa pada engkau yang sanggup

menjalaninya dengan ikhlas dan sabar.

(Padang, 2020)

 

Menikmati Daging

Aku membuka wajah

padanya kulihat gambar

belahan daging. Membuat mata

tak karuan

dengan kefanaan dunia sesaat

pakai sarung pisau, tang, dan ngan.

 

Enak memang, tiada duanya

Menikmati gondokan-gondokan daging

yang berlipat. Pinggir-pinggir berlumut putih

Kumasukkan sesuatu, wah-wah enak. Belum pernah aku rasakan

Baru pertama kali dalam hidup ini. Rasanya.. manis-manis gitu

Enak banget!

(Padang, 2020)


RILEN DICKI AGUSTIN: lahir 10 Agustus 1999 di Pasaman. Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Andalas Padang. Aktif di FSIFIB 2018/2019, Wakil Ketua Labor Sastra dan Seni FIB. Ia penulis puisi, cerpen, esai, danlain-lain. Karyanya dimuat diberbagai media massa. Buku tunggalnya Lupa Hormat Pada Merah Putih(2020). Email: rilendickiagustin12@gmail.com