Kembali Menyelematkan Bumi

Oleh:  Nia Ramdaniati

Hari ini kita tidak bisa lari dari gempuran produk praktis yang menyisakan sampah melimpah ruah. Membuat bumi kita menjadi tidak ramah dan indah. Mengeksploitasi hasil bumi sehingga bumi meronta dan menyisakan air mata.

Sudah saatnya menyelamatkan bumi dengan kembali memperhatikan alam. Bukankah kewajiban kita adalah menjaga hubungan kepada Allah, sesama manusia serta menjaga hubungan kepada alam.

Menjaga hubungan terhadap alam sepertinya sering kita lupa bahwa mereka dapat berkomunikasi kepada kita. Mereka berkomunikasi dengan gejala-gejala yang dapat kita rasakan.

Kita yang terlalu serakah menggali hasil bumi, lalu tiba-tiba bumi curhat dengan memuntahkan bencana kepada kita. Baru kita bangun ada apa dengna bumi? Bahkan dengan gagahnya terkadang kita malah mengutuk keadaan bencana yang terjadi. Bukankah kita yang membuat bumi bersedih.

Sampah plastik menggunung di muara bahkan dilautan. Saat air bercerita dan menghampiri kita hingga banjir itu datang, kita baru tersadar ada yang salah dengan air kita. Atau bahkan kita dengan sombongnya malah mengancam air dengan malah membiarkannya kotor. Saat banjir melanda kita terluka dan berjanji tidak membuang sampah sembarangan. Setelah surut sudah lupa semuanya.

Menanam tanaman dan pohon tidak ada waktu dan lahan. Suatu ketika kita merasakan panas kita lupa bahwa bumi menginginkan kita untuk selalu memperhatikan tanahnya. Tanah yang tidak dibiarkan kosong sehingga jika tersiram air besar mereka tidak sanggup lagi menyangganya. Longsor pun menimbun manusia. Manusia baru tersadar ada tanah yang menyapa bahwa mereka perlu kekuatan dengan berbagai pohon yang indah nan rindang. Atau bahkan kita manusia malah seenaknya saja mengambil semuanya demi keuntungan duniawi. Terserah orang lain yang menjadi korbannya.

Langkah kecil kita dengan mengolah produk yang alami, memanfaatkan lahan kosong, menjaga kebersihan lingkungan, menjaga sungai kita dan berbagai langkah nyata lainnya dapat menyelamatkan kita (bumi dan isinya). Hanya kita sebagai manusia yang ditunjuk sebagai khalifah fil ard yang memiliki kewajiban menyeimbangkan, ikhtiar dan terus bersyukur pada Sang Pemilik Alam Raya. (*)


NIA RAMDANIATIGuru dan Pegiat Literasi, tinggal di Tasikmalaya. aktif menulis di sejumlah media Online dan cetak. Saat ini penulis aktif sebagai anggota Literasi.id, sebuah komonitas kepenulisan yang beranggotakan para penulis dari berbagai daerah di Indonesia.