Bagi sebagian masyarakat, wisata religi asta atau pusara Batu Ampar terdengar di Desa Pangbetok, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan. Wisata religi yang terletak di arah barat Kota Pamekasan, ini memang dikenal oleh masyarakat lokal Madura, hingga ke Jawa. Dan hampir setiap hari, tidak pernah sepi dari pengunjung. Tetapi, siapa sangka ternyata nama Batu Ampar, juga terdengar di Kabupaten Sumenep. Pasarean kiai Abdullah yang terletak di Desa Batu Ampar Kecamatan Guluk-Guluk Kabupaten Sumenep, juga menjadi salah satau tempat wisata religi alternatif, yang bisa kalian kunjungi. Seperti apa ceritanya, ikuti jalan-jalan jurnalis lebur.id.
Nurul Ulum, Sumenep, lebur.id
Dalam urusan wisata, Kabupaten Sumenep memang kaya akan tempat wisata. Baik wisata alam, maupun wisata relegi. Salah satunya, wisata religi Batu Ampar, yang terletak di Desa Batu Ampar, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep.
Wisata religi yang satu ini, merupakan pasarean Kiai Abdullah atau biasa dikenal Bindhara Bungso. Dalam sejarahnya diceritakan, Kiai Abdullah merupakan putra dari Kiai Syech Abdul Qidam dengan Nyai Asri. Dimana pasareanya berada di Desa Larangan Luar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Sementara, Nyai Asri sendiri adalah keturunan keempat dari Pangeran Mandoroko.
Asta Batu Ampar terletak di Desa Batu Ampar Kecamatan Guluk-Guluk sekitar 37 KM ke arah barat dari Kota Sumenep, jika dari arah barat sekitar 30 KM ke arah Timur Daya Kota Pamekasan.
Kiai Abdullah sendiri, merupkan tokoh penyebar Islam di Guluk-Guluk khususnya Desa Batu Ampar. Keturunan dari K. Abdullah sendiri banyak menjadi Adipati di Sumenep, salah satunya Bindara Saod (Raden Tumenggung Tirtonegoro) dan Tumenggung Prabuwinoto (Raden Mohammad Thahir).
Berkat ketokohanya tersebut, kini pasarean Kiai Abdullah yang berada di Desa Batu Ampar, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, banyak dikunjungi peziarah. Baik lokal madura, hingga daerah lainya di Indonesia.
Soleh (42), salah satu peziarah pasarean Kiai Abdullah, mengaku sering melakukan ziarah ke pasarean Kiai Abdullah tersebut. Sebab menurutnya, ada ketengan hati dan jiwa saat berkunjung ke pasarean Kiai Abdullah.
“Merasa tenang dan terasa ringan keesokan harinya mas, jika berdzikir dan bertawassul malam hari apalagi sampai bermalam sampai subuh di pasarean Kiai Abdullah”. Ungkapnya.
Di dekat pasarean Kiai Abdullah, terdapat masjid yang dikenal dengan sebutan “Masjid Masegit”. Berdasarkan cerita turun temurun, masjid tersebut datang dan berdiri kokoh dengan sendirinya pada suatu malam. Oleh karenanya, warga setempat tidak berani merehabilitasi arsitektur dasarnya karena takut mengurangi kesakralannya. Buktinya sampai saat ini masjid tersebut masih berdiri kokoh. Dengan adanya masjid memudahkan bagi peziarah untuk berwudhu’ dan melepas penat saat selesai mengaji dan berdzikir di asta Batu Ampar. Pengujung yang ingin mendapatkan barokah di pasarean Kiai Abdullah, juga tidak dikenakan tarif. Tetapi, jika ingin bershodaqoh, peziarah diperkenankan (*/afa).
Berikan Balasan