Pandemi dan Kegelisahan Warga

Oleh. Zaitur Rahem

Ujian wabah penyakit corona beberapa bulan ini begitu menggelisahkan warga di belahan tanah air. Sajian informasi dan sejumput tekhnis penanganannnya menimbulkan banyak keluh dan kesan. Selain dampak komunikasi sosial, ekonomi, dan pendidikan sedikit terhambat. Wajar jika semua orang mengharapkan pandemi ini segera berlalu. Bahkan, jangan pernah terjadi lagi dalam laku kehidupan masyarakat di bumi pertiwi ini. Covid 19 atau virus Corona menjalar seperti banjir yang menimpa semua kawasan Indonesia. Sangat cepat menyerang lalu aktifitas kehidupan warga seperti terhalang karena ketentuan melarang.

Entah seperti apa wujudnya, sejak Indonesia dinyatakan masuk zona penyebaran virus covid 19, sebagian orang meyakini bahwa penyakit ini benar-benar menakutkan. Mengancam jiwa, meminta nyawa, namun juga menguji kepercayaan paling substansial kepada Tuhan yang Maha Mencipta segalanya. Tahapan selanjutnya, penanganan serupa menjaga jarak, cuci tangan, memakai masker dan penataan sosial berskala besar rasanya semakin menambah rasa kalut di hati sebagian orang. Keluar masuk sejumlah tempat harus mematuhi prosedur, bahkan sebagian tempat mengais rezeki ditutup sementara.

Saat ini wabah ini sudah mencapai usia hari yang lumayan lama. Terbukti, sebagian dampak ekstrim lowongan dan lahan pekerjaan sekejap tertelan kegalauan. Yang menyedihkan, aktifitas bajing yang lama redup tiba-tiba tumbuh di sebagian tempat. Sebagian orang tak heran jika berkeluh-sendagurau, kalau tidak boleh keluar rumah dapat darimana nafkah anak bini? Jika jaga jarak sampai meteran, motong rambung gimana caranya? dan celotehan lain bernada kesal tak tau disampaikan kepada siapa. Sulit menerima kenyataan di tengah kondisi ekonomi yang seret dan suram; mengikhlaskan pikiran membenarkan bahwa wabah yang bernama covid 19 ini nyata. Keyakinan sebagian orang dan sebagian lainnya tentang nyata dan mengenaai kecurigaan rekaan tak bisa disalahkan di tengah situasi-kondisi kejiwaan seperti saat ini. Seperti air, tafsir tentang corona ini akan terus mengalir pada segala ruang pikir masyarakat. Biarkan saja mengerus puing sentimentalisasi kebijakan, menenggelamkan ego, dan menjatuhkan kuasa yang ditata di atas segala kebohongan. Waktu akan berbicara tentang kejadian yang sesungguhnya.

Kegelisahan Publik Pedalaman

Pandemi kali ini lumayan heboh hingga tembus ke ruang fikir masyarakat pedalaman. Warga di pulau Madura juga sempat galau atas wabah covid 19 ini. Pada awalnya biasa, namun menjadi luar biasa ketika berita tentang corona tak henti tersebar lewat media sosial dan mulut ke mulut warga. Zona hijau berubah merah dengan angka warga diduga terpapar virus ada hampir di empat kabupaten. Tanpa menyebut lokasi dan identitas personal, kegiatan kemasyrakatan tidak diperbolehkan oleh pihak berwenang. Yang menyakitkan, kifayah wafat tetangga minim pelayat karena tertekan ‘isu’ virus menyebalkan bernama corona. Sampai saat ini -ketika artikel ini ditulis- suasana masih belum normal seperti sedia kala. Meskipun sebgaian besar warga di pedalaman Madura mulai menganggap dan menanggapi wabah ini dengan santai saja. Kapan corona berakhir? Semua bertanya karena banyak hal yang sudah hilang ketika wabah ini menyerang.

Keresahan melanda kawasan warga pedalaman di Madura sejak zona merah ditetapkan di empat Kabupaten. Pertama warga merasa tidak nyaman, penyakit makin parah menjalar kemana-mana. Kedua, warga semakin tidak leluasa melaksanakan kegiatan sosial, ekonomi, pendidikan, dan swaswasta lain karena terhalang ketentuan pandemi. Ketiga, anak perantauan yang pulang kampung berpikir ulang berangkat kerja karena persyarakat formal-tekhnisnya belum rampung. Akhirnya, semua menjadi sesuatu yang polemis. Sebab di satu sisi masyarakat membutuhkan ruang ekspresi seperti suasana tanpa corona dan di lain sisi warga harus menerima kenyataan bahwa saat ini kawasannya dibilang terpapar virus covid 19. Semoga kegelisahan publik segera terobati; pandemi segera berakhir. Wallahu a’lam bissowab. (*)


Penulis adalah Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya. saat ini sebagai dosen di INSTIKA. beberapa tulisannya sudah terbit di media Nasional dan lokal. Email: zaiturrahemmpdi@gmail.com