Saya dan kru Lebur.id tiba di Desa Gersik Putih selepas adzan ashar (12/6). Begitu tiba di desa pesisir paling selatan wilayah Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep ini, kami segera berhamburan melihat-lihat sekeliling sambil mengabadikan sejumlah momen dengan kamera smartphone.
Rahem Ra – Sumenep, Lebur.id
Mulai dari perahu yang tertambat di muara sungai, ternak kambing masyarakat setempat yang berkeliaran di pinggiran sungai, jembatan bercat biru yang terlihat eksotis dimandikan cahaya sore, sampai pada aktivitas warga setempatdi tambak garam maupun orang-orang yang tengah sibuk mengangkat jaring dari tambak ikan bandeng.
“Ke pantai keris yuk,” kata Shiddiq, warga setempat yang sebelumnya telah kami hubungi untuk menjadi guider kami dalam perjalanan ke Desa Gersik Putih.
Awalnya, kami tidak tahu-menahu tentang Pantai Keris. Karena memang, pantai tersebut belum jadi objek wisata. Pantai ini, sebagamana dituturkan Shiddiq belum terlalu lama “ditemukan”. Hanya di kalangan warga Gersik Putih pantai ini jadi buah bibir.
Upaya mengenalkan pantai ini ke publik telah dilakukan oleh komunitas pemuda di sana. Terbukti pantai ini sempat viral di media sosial dan beberapa orang, terutama peminat fotografi dan videografi, secara khusus berkunjung ke sana untuk mengabadikan keindahannya. Tentu butuh proses panjang sebelum akhirnya Pantai Keris benar-benar go publik.
Dari namanya, Pantai Keris, membikin kami penasaran. Serasa sebuah pantai yang memiliki hubungan tertentu dengan benda-benda keramat dan bernilai seni tinggi seperti keris.
Tanpa berlama-lama kami bergegas dengan motor masing-masing mengikuti arah guider. Dengan berkendara membelakangi matahari dari arah Pelabuhan Gersik Putih yang setahun terakhir ini beroperasi di sisi barat, hanya sekitar lima menit kami tiba di jembatan penyebarangan untuk menuju Pantai Keris.
Untuk menuju ke sana ternyata tidak mudah, kami harus menyeberangi songaian tasek—sungai yang mengitari area tambak garam—dengan jembatan seadanya yang dibuat suka rela oleh masyarakat setempat, selain itu kami juga masih harus melewati jalan perigi penuh dengan ilalang dan rerumputan menyemak. Ditambah, dahan-dahan pohon kecil sepinggang yang tumbuh di sepanjang perigi sering menyulitkan perjalanan jalan kaki kami ke arah selatan, arahPantai Keris.
Namun, kesulitan itu terbayarkan karena sepanjang perjalanan, alam Gersik Putih menampakkan keindahannya. Jalan ke Pantai Keris dipenuh pemandangan menakjubkan. Sejumlah kincir angin di area pegaraman sisi timur jalan berputar-putar, jembatan-jembatan bambu kecil yang menghubungkan perigi dengan area pegaraman membuat kami tak bisa menahan hasrat untuk tidak menapakinya.
Parit bambu sisi barat yang biasa digunakan untuk memancing kami hampiri untuk mencoba sensasinya, itu semua mengesankan betapa di pedalaman Kecamatan Gapura terdapat keindahan yang maha.
Salah seorang dari kami bahkan tak henti-hentinya mengambil video sambil tertawa girang, persis seperti orang kota metropolitan yang sebelumnya tak pernah piknik ke pedesaan pesisir.
Begitu tiba di Pantai Keris, kami dibuat terkejut dengan suasana pantai ini. Tanpa bisa membantah, kami mengetahui alasan kenapa pantainya diberi nama Pantai Keris oleh warga Gersik Putih.
Saat kami menginjakkan kaki di pasir, sensasinya seperti kami sedang berjalan di atas keris raksasa yang tidur di pinggir laut Gersik Putih. Hamparan pasirnya menjulur ke laut membentuk keris dan di sepanjang sisi kanan dan kirinya air laut bergoyang-goyang oleh irama angin. Di ujung “pasir keris”, kita dapat melihat Pelabuhan Kalianget beserta kapal dan perahu yang hilir mudik. Bisa dipastikan, dari Pantai Keris perenang profesional akan dengan mudah menyeberang ke pelabuhan Kalianget.
Tidak hanya itu, saat matahari mulai tenggelam kami dibuat takjub oleh senja kemerahan di langit barat yang celah-celah cahayanya seolah menembus hutan mangrov di sisi kanan pantai. Oleh suasana senja, pepohonan pantai itu tampak sedemikian pekat dan hangat memanjakan mata.
Apalagi, tepat ketika langit benar-benar memerah-keemmasan, burung-burung di langit Pantai Keris beterbangan terasa muncul dari kampung Takerbui bagaikan dikirim warga untuk mengingatkan kami bahwa malam sebentar lagi tiba. Semua itu hanya ada di Pantai Keris. (faw/mad)
Berikan Balasan