Pesona ‘Api Tak Kunjung Padam’ Pamekasan

Berkunjung: Sejumlah wisatawan berkunjung ke 'Api Tak kunjung padam Pamekasan', yang terletak di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan.
MEMUKAU: tim lebur.id saat mengunjungi wisata Api Tak Kunjung Padam, Minggu 14 Juni 2020 (photo Nurul ulum – Lebur.id)

“Api Tak Kunjung Padam”, selain memiliki keunikan dan daya tarik terhadap wisatawan domistik dan manca negara. Wisata ini juga berhasil mengankat ekonomi keluarga masyarakat sekitar kawasan wisata. Seperti apa menariknya kawasan wisata ini, ikuti jalan-jalan jurnalis Lebur.id

Nurul Ulum – Pamekasan, lebur.id

Sore itu, kami bersama tim kreative lebur.id dan lebur.tv berkesempatan mengunjungi ‘Api Tak Kunjung Padam’, yang terletak di Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Kabuaten Pamekasan, Jawa Timur.

Masyarakat Pamekasan menyebut kawasan wisata itu, dengan sebutan Jengkah. Konon dalam sejarahnya wisata api tak kunjung padam bermula saat seorang penyebar Islam bernama Ki Moko yang dianugerahkan putri Raja Palembang bermama Siti Suminten, untuk dijadikan istri karena berhasil menyembuhkan penyakitnya lewat sebuah sayembara.

Disaat Ki Moko risau dengan persiapan upacara pernikahannya, Ki Moko bersemedi meminta petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa. Singkat cerita, Ki Moko menancapkan tongkat saktinya di tanah Dusun Asem Manis Ii Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan Pamekasan.Tancapan tongkat Ki Moko itu, ternyata mengeluarkan sumber air dan percikan api yang menyala serta memberikan mamfaat atas kebutuhan upacara dan manusia yang akan datang dalam upacara itu. Dan hingga saat ini percikan api tersebut, menjadi api abadi dan memberikan mamfaat kepada masyarakat di kawasan tersebut, karena mampu mendatangkan wisatawan, baik domistik maupun manca negara.

Salah satunya, Jazuli (45), wisatawan lokal asal Kabupaten Sumenep, yang menghabiskan waktu akhir pekanya, di wisata api tak kunjung padam.  Kepada lebur.id ia mengaku memilih api tak kunjung sebagai salah satu pilihan perjalanan wisatanya, karena wisata itu, memiliki keunikan tersendiri, yakni apinya tak pernah padam.

Bersama keluarga, dan kedua anaknya, Jazuli menikmati api tak kunjung padam sambil memanggang jagung ataupun ikan, yang ia beli dari pedagang disekitar kawasan wisata itu. Jazuli mengaku datang pada sore hari, karena pesona keindahan api tak kunjung padam, terlihat disaat terbenamnya matahari.

“Saya dan keluarga datang sore hari, karena api terlihat keindahanya saat terbenamnya mata hari, dan malam hari. Kadang sebulan sekali, saya dengan keluarga datang ke kawasan wisata ini,”ungkapnya.

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata api tak kunjung padam tersebut, mampu memberikan keuntungan tersendiri terhadap masyarakat sekitar. Salah satunya, Sri (50), salah satu penjual rujak cingur yang sudah bertahun-tahun menjual daganganya di kawasan wisata api tak kunjung padam.

Hampir setiap hari kata Sri, kawasan wisata api tak kunjung padam ini, tidak pernah sepi pengunjung. Hanya saja, sejak ada pandemi corona virus, pengunjung memang mengalami penurunan. Sehingga, secara otamatis mengurangi pendapatan Sri.

Sri enggan menyebut, pendapatanya sebelum pandemi maupun disaat pandemi. Ia bersyukur, berkat adanya wisata api tak kunjung padam, bisa memiliki pendapatan dengan menjadi penjual rujak cingur di kawasan wisata api tak kunjung padam.

Selain suguhan api abadi yang bisa memercik hanya dengan mengorek tanah di areal api yang dilingkari pagar. Pengunjung juga dimanjakan dengan beraneka kuliner dan budaya khas Madura yang berada sepanjang areal destinasi, mulai dari rujak cingur, campor lojhu’, hingga miniatur clurit dan pisau dapur.

Bagi anda yang ingin berkunjung ke kawasan wisata api tak kunjung padam, letaknya sekitar 2 Km dari pusat kota, atau sekitar 10 menit dengan kendaraam roda dua ke selatan pusat kota Pamekasan.(*)