Menghidupkan Kembali Semangat Kewirausahaan Di Era New Normal

AKH.FAWAID

Akh Fawaid Ghaffar

Pandemi Covid-19 yang melanda masyarakat indonesia, dirasakan dampaknya oleh masyarakat kelas menengah kebawah. Sebagian dari mereka kini hidup tanpa pekerjaan. Bahkan, nyaris tanpa pemasukan setiap harinya.

Usaha yang dibangun bertahun-tahun, harus terancam dengan kebijakan pembatasan sosial ber-skala besar oleh Pemerintah. Sehingga, mereka seakan jatuh ke jurang kemiskinan, dan tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Di era new normal, mereka dituntut untuk kembali membangun semangat menjalani kehidupan baru. Kembali menata perjalanan ekonominya, yang nyaris terseok-seok selama masa pandemi.

Masyarakat Indonesia memang dikenal sebagai masyarakat yang ulet dan bekerja keras. Namun, ketergantungan terhadap masyarakat lain, juga masih besar. Akibatnya, lebih banyak masyarakat yang ingin mendapatkan pekerjaan, ketimbang mencetuskan pekerjaan sendiri, dan memperkerjakan orang lain.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 7, 56 Juta orang atau 6,18 persen. Angka tersebut naik dari periode yang sama 2014 sebesar 5,94 persen atau 7,24 juta orang.Sementara posisi Februari 2015, angka TPT di Indonesia sebanyak 7,45 juta jiwa atau 5,81 persen. Jumlah ini naik dibanding realisasi 7,15 juta jiwa atau 5,70 persen pada Februari 2014. (bataranews.com).

Tingginya data penggagguran dan ketergantungan menjadi pekerja, membuktikan bahwa kesejahteraan masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Sehingga, diperlukan semangat revolusi mental seperti jargon Pemerintahan Jokowi, untuk menjadikan masyarakat-masyarakat Indonesia yang sejahtera dan mandiri. Tentu tidak ada lain caranya, yakni ber-wirausaha atau menciptakan pengusaha-pengusaha baru Indonesia.

Masyarakat Indonesia khususnya pemuda, masih cederung memiliki sifat malu untuk memulai ber-wirausaha. Faktor rendahnya kepercayaan diri untuk memulai berbisnis, sering menjadi kendala masyarakat Indonesia. Adapula karena kekuatiran akan kegagalan berwirausaha.

Padahal, sesungguhnya konsep ber-wirausaha merupakan proses kemanusiaan (human process) yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, meng-organisasi sumber-sumber, mengelola sehingga peluang itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu yang lama.

Masyarakat Indonesia sesungguhnya dikenal sebagai masyarakat yang kreatif dan inovatif. Namun, kelebihan itu seringkali diabaikan dan tidak dijadikan peluang untuk meraih kesuksesan jangka panjang.

Wirausaha itu sesungguhnya adalah kreativitas dan inovasi. Setiap manusia memiliki kelebihan itu. Namun, kadang sulit untuk mengarahkan kemana. Dibutuhkan kreativitas dan inovasi untuk memulai sebuah usaha. Sebab, dengan kreativitas dan inovasi, akan lahir sebuah peluang. Sehingga, dengan peluang tersebut akan lahir sebuah konsep perencanaan yang hebat, untuk menjalani sebuah usaha yang baik.

Dalam Pengertianya, kreativitas ialah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau hubungan-hubungan baru antar unsur, data, variabel yang sudah ada sebelumnya (muhamadbukhori.blogspot.com). dengan temuan-temuan tersebut, lahirlah sebuah keputusan untuk menciptakan kreativitas yang menguntungkan.

Tidak disalahkan dalam konsep ber-wirausaha ialah meniru usaha orang lain. Jenis usaha-nya boleh sama. Namun, pemasaran dan promosi harus berbeda. Dalam konsep ini harus ada kreativitas dan inovasi untuk memaksimalkan pemasaran dan promosi usaha.

Seperti yang diuraikan Muhamad Bukhori dalam laman muhamadbukhori.blogspot.com ciri-ciri orang kreatif adalah mandiri, terbuka terhadap yang baru, percaya diri,berani mengambil resiko. Melihat sesuatu dengan tidak biasa. Memiliki rasa ingin tahu yang besar. Dapat menerima perbedaan.Objektif dalam berpikir dan bertindak.

Penulis menguraikan dari ciri orang kreatif yakni mandiri, orang ber-wirausaha memiliki jiwa besar untuk selalu mandiri. Makna mandiri bukan berarti tidak mau berkomunikasi dengan orang lain atau enggan bersilaturrahmi dengan orang. Justru sebaliknya,  orang yang mandiri itu, orang yang tidak mau menjadi orang lain, melainkan mau jadi diri sendiri. Modalnya ialah komunikasi dan silaturrahmi atau yang lebih dikenal dengan sebutan membangun jaringan, untuk mewujudkan usaha lebih baik.

Terbuka terhadap yang baru, konsep ini menurut penulis, lebih kepada selalu menginginkan hal-hal baru dalam berbisnis. Baik, produk yang ingin dijual kepada konsumen, ataup konsep baru managemen pemasaran, agar konsumen lebih tertarik terhadap prodak yang akan dijual.

Bagi pembisnis malu itu nomor 1000. Jika kita memiliki niat untuk ber-wirausaha, modal dasarnya ialah percaya diri. Bahkan, salah satu hancurnya sebuah usaha yang kita jalankan, ialah tidak percaya diri.

Berani mengambil resiko, setiap aktivitas pasti ada resikonya. Termasuk dalam ber-wirausaha. Kematangan seorang wirausaha yakni berani mengambil resiko. Resiko tersebut tidak selamanya diartikan dampak negative, ada pula resiko dampak postif. Misalnya, dalam mengeluarkan sebuah kebijakan dalam managemen ber-wirausaha, akan ada dua kemungkinan yang didapatkan yakni resiko positif, karena tepat dalam mengeluarkan keputusan (menguntungkan), dan resiko negatif, karena tidak tepat mengeluarkan keputusan (merugikan).

Ciri selanjutnya kreativitas ber-wirausaha ialah ‘melihat sesuatu dengan tidak biasa’. Seseorang sering kali mengabaikan hal-hal kecil yang sebetulnya menghasilkan kepada dirinya dan usaha yang sedang dijalaninya.hal-hal sepal seharusnya tidak dianggap remeh. Namun, tidak pula berlebihan penangananya.

Melihat sesuatu dengan tidak biasa itu, menurut penulis, lebih kepada melahirkan peluang bisnis, sekalipun dari sesuatu yang kecil, tetapi besar dampaknya. Namun tepat dalam mengorganisasi peluang tersebut.

Memiliki rasa ingin tahu yang besar, Kreativitas dalam ber-wirausaha selalu ingin kaya pengetahuan dan strategi dalam menjalankan usahanya. Sehingga, orang ber-wirausaha tersebut selalu ingin belajar, sekalipun terhadap pengusaha-pengusaha yang levelnya lebih tinggi dari usaha yang dijalaninya.  Mengedapankan cara berfikir positif, ketimbang egoisme. Sehingga, paling tidak konsep dan strategi hal-hal yang lebih besar itu dapat diterapkan sendiri.

Dapat menerima perbedaan, dalam memimpin sebuah usaha dan menjabat sebagai pimpinan, jangan pernah mengabaikan ide bawahanya. Mengabaikan ide bawahanya ini sering terjadi dalam sebuah perusahaan. Padahal ide tersebut sangat mahal. Seharusnya, setiap pendapat karyawanya ditampung dan dipilah. Kira-kira yang dapat membuahkan peluang dan menghasilan kepada perusahaanya apa. Jika baik, maka ambillah ide tersebut.

Objektif dalam berpikir dan bertindak. Dari kesekian ciri orang kreativitas tersebut, cirri yang terakhir ini yang harus dimiliki oleh setiap manusia yang ingin ber-wirausaha. Pengusaha atau pembisnis, selalu memiliki pemikiran objektif dala berfikir dan bertindak. Menepatkan peluang dan sasaran sebagai landasan utama. Tanpa, berfikir terlebih dahulu berapa jumlah modal yang harus dikeluarkan dan berada kerugian yang harus ditanggung, jika gagal.

Sementara kretivitas itu muncul, diantaranya,kreativitas dimunculkan karena ide. Kreativitas dimunculkan karena kekuatan material.Kreativitas dimunculkan karena spontanitas dari pikiranya.Kreativitas kejadian muncul dari sebuah kejadian yang sebelumnya terjadi  atau belajar dari hal-hal yang pernah dilakukan oleh orang lain,Kreativitas muncul karena sebuah organisasi yang terbangun dari sistem yang baik, Kreativitas juga  muncul  karena relasi (hubungan) baik antar keluarga, teman, maupun hubungan antar pengusaha.

——–Penulis Dosen STIE Bakti Bangsa Pamekasan——-